MULAILAH DARI YANG TERKECIL - ABAH ADAM

MULAILAH DARI YANG TERKECIL


Assalaamu’alaykum sobat.

Suatu malam, saya hendak mengantarkan kakak perempuan saya yang telah menikah dan dikaruniai seorang anak kerumahnya.

Ditengah perjalanan yang jauh, tiba-tiba suara telepon gengam dengan suara khas merek terkenal berdering kencang. Menandakan panggilan telepon dari kesayangan kakak saya.

Terdengar sepintas, bahwa kaka ipar saya tak akan pulang malam ini karna kerjaan yang sungguh sangat memusingkan mereka.

Setelah dimatikannya pangilan itu entah apa yang membuat kakak saya membuka pembicaraan yang dipenuhi kejengkelan dari raut wajah cantiknya.

   “tich, apa setelah menikah dengan penghasilan segitu cukup?”.

   “InsyaAlloh”. Jawabku singkat.

Memang penghasilan saya hanya sebagian dari sebagian penghasilan mereka berdua yang mempersembahkan seluruh tenaga mereka untuk kehidupan yang layak bagi anak keturunannya.

   “bisa nabung juga?” ujarnya lagi.

Ingin sekali lidah saya berucap. Tapi perasaan dan fikiran ini bercampur memberikan keraguan apakah yang selama ini saya lakukan bisa dibilang menabung?.

Kepingan kuning dan putih itu memang hampir memenuhi kotak kecil di rumah kontrakan saya. tapi saya masih ragu apakah itu  cukup disebut tabungan?.

   “bisa, tapi tidak terlalu banyak”, bisikku.

   “wah, bagaimana caranya?”. Nada bicaranya berubah hingga terdengar oleh bayi yang terbangun dalam pangkuannya.

   “biasanya kalau ada uang receh selalu dimasukin celengan”, ucapku.

   “mana kerasa?” celetuknya dengan nada ngeyel.

   “bisa, insyaAlloh” dengan keyakinan penuh jawabku.

Receh? kebanyakan dari kita meremehkan recehan yang merupakan bagian terkecil dari mata uang. Tapi, bayangkan jika yang terkecil itu banyak. Pasti akan memenuhi ruang hampa dicelengan kita.

 “Alhamdulillah kalau begitu. kalau mba belum bisa, walaupun penghasilan sudah lumayan tetap saja tidak bisa menyisihkan dan selalu habis entah kemana” lanjutnya.

  “nah, bisa coba cara fatich tuh, Kalau bisa porsinya ditambah lagi. Jangan recehan tapi ribuan” sambungku.

Setelah pembicaraan yang semakin panjang. Kami sampai didepan rumahnya yang masih terlihat gelap ditelan rindang pepohonan. Tidak lupa, sebelum beranjak pulang saya sampaikan kembali untuk menyisihkan dari sekarang dan selalu konsisten.

Hari terus berganti, selembar demi selembar sudah tertumpuk dalam celengan besi tergantung gembok mungil dan bertuliskan impian yang telah lama tersimpan.

Tak terasa kebiasaan itu tumbuh dalam diri mereka, hingga akhirnya saya melihat kendaraan roda empat dari kejahuan sedang terparkir rapih dihalaman rumahnya.


Ya, itulah hasil dari perjuangan meraka hingga mendapatkan impian yang besar.


“Cerita ini didukung oleh Bank Sumut”
#ayokebanksumut #banknyaorangsumut

12 comments:

  1. Aduh, tamparan buat saya yang gak rajin menabung nih... Susah banget dibawa nabung. Pasti kepakek terus. Ada aja alasannya. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. nabung tidak harus rajin mba' jasmi.
      yang penting konsisten aja. pasti berguna suatu saat !!

      Delete
    2. Bener jugak tuh.. yang penting nabung aja ya..

      Delete
  2. hoho nabung, ya? kalo dari kecil udah gak biasa nabung emang agak susah sih. Asal udah komitmen buat nabung, tapi pasti bisa aja kok. yuhu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pasti bisa om capung, .
      asal punya komitmen dan punya uang yang bisa di tabung .

      Delete
  3. wkwkwkwk, duh receh ini yaa. biasa aku kumpulin pake stok bayar parkir. jadi ga sempet nabung.
    radak susah nih masalah nabung, bisa sih asalkan ga ada yang ngajakin nongkrong ato keluar. karena kalo uda keluar pasti ada sesuatu yang dibeli jadinya. masalahnya nolak pas diajakin keluar ini yang berat, iman belum mampu nolak godann ini. huhuhuhuhuhuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. tukang parkir, yang dateng kaga ada pas mau pulang bunyi plui nyaring banget di depan kuping. HaHaHa

      saya punya cara loh mba, biar kita ngak ngajak kita terus
      bilang aja kalau mba lagi puasa, atau mba puasa aja hehehe

      lumayan bisa irit

      Delete
  4. Setuju Banget, mau mulai apa saja kita meski mulai dari yang terkecil. jika langsung besar ada kemungkinan gak bakalan muat, jika gak muat dipaksakan pasti fatal akibatnya. kata orang diluar sana...!

    ReplyDelete
    Replies
    1. seratus buat om kholil.

      *saya berfikirnya beda lagi nih dengan berakibbat fatal* HaHa ketawa jahad :)

      Delete
  5. tahun lalu saya nyoba kumpulin recehan di kaleng bekas dan alhamdulillah selama 4 bulan tabungan receh itu nyampe sekitar 200rb, hasilnya dipake buat keperluan mendesak. dan sampe sekarang pun saya tetap ngumpulin receh walau kata orang itu gak guna tapi saya gak ambil pusing toh hasilnya akan berguna pada saatnya tiba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. lanjutkan bang, biasanya kalau sudah buka celengannya dag-dig-dung, takut ngak kebayang isinya dan cape ngitungnya.

      mungkin kalau merah semua jadi semangat 45

      Delete

Welcome di Blog AnakAbah
jangan lupa tinggalin komentar yaa.
karna komentar akan menambah semangat saya

pasti saya komen balik

Note: only a member of this blog may post a comment.

Powered by Blogger.